Inmemoriam : M. Agustian
: selembar daun gugur
menyatu kembali dengan bumi
ruang hampa
malam basah. pekat tanpa bulan
”penyakit itu. penyakit itu”, serunya
bibirnya bergetar. lelah
sendu. matanya menatap
lukisan cita-cita
yang ia susun dari puing-puing impian
luruh. satu-satu disapu angin
air matanya membatu
”aku akan pergi
bersama angin”, lirihnya
dilukisnya kenangan pada dinding waktu
ia pagut duka di ujung waktu
”selamat berpisah”, ucapnya
dipenghujung napas
saat angin bulan maret
menghempaskannya
pada malam tak bertepi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar