Selasa, 10 Maret 2009

Kusapa Kotaku

: Tangerang


Selamat pagi kotaku,
Senyummu kenes
Kerling mengundang
Laron dan kumbang
Mengejar cahaya
: mereka datang dari barat dan timur
berimpit-impit di petak sempit
tiap pagi antri
dengan handuk dan sikat gigi
berpacu dengan bayang-bayang matahari

Selamat siang kotaku,
Kau makin cantik
Bahu kekar dada bidang
Apartemen dan real estate
Suaramu lantang
Gemuruh pabrik, deru motor, mobil dan dendang pramuniaga

Selamat malam kotaku,
Gemerlap lampu. Aneka warna
bunga plastik
Berlapis lipstick
Lagu dangdut, nyanyian nigth club
Dzikir para pencari dalam tahajud
Berpadu di rongga dadamu

Selamat Berpisah

Inmemoriam : M. Agustian
: selembar daun gugur
menyatu kembali dengan bumi


ruang hampa
malam basah. pekat tanpa bulan

”penyakit itu. penyakit itu”, serunya
bibirnya bergetar. lelah
sendu. matanya menatap
lukisan cita-cita
yang ia susun dari puing-puing impian
luruh. satu-satu disapu angin
air matanya membatu

”aku akan pergi
bersama angin”, lirihnya
dilukisnya kenangan pada dinding waktu
ia pagut duka di ujung waktu

”selamat berpisah”, ucapnya
dipenghujung napas
saat angin bulan maret
menghempaskannya
pada malam tak bertepi

Perbincangan Senja di Tawangmangu

Kepak sayap kelelawar menjemput senja
senja jatuh di celah-celah ranting
mengundang angin dan kabut
menggerakkan sepi turun ke lereng-lereng bukit
aku ingin kesejukan
yang mengisi ruang hampaku, katamu.
saat butir-butir air grojogan sewu
diterpa angin kemarau
hinggap di wajahmu
Sebatang ranting patah
saat seekor monyet loncat
terkaget ketika kita lewat
jalanku mendaki, rapuh dan berbatu, katamu
saat langkah kita menapak tangga-tangga tanah
kau harus sampai ke puncak, kataku
edelweiss ungu
ilalang biru
terhampar di puncak Lawu
Matahari menua di puncak pinus
beberapa burung gereja pulang ke sarang
bunyi air menimpa batu
grojogan sewu
sayup. Mengiris ruang hampa di dada
aku ingin pinus tumbuh di ruang hampaku
tegar, sejuk dan harum, bisikmu
saat kita sampai di pintu gerbang
nafasmu lelah
tatapmu gelisah
puncak Lawu dililit kabut
saat kau berlalu
meninggalkan bayang-bayang senja depanku

Suatu Malam Di Tepi Kali Cisadane

suatu malam di tepi kali cisadane
bulan-bintang di atas kubah
rebah
tenggelam di bawah jembatan

bidadari-bidadari
meniti pelangi. lampu mercury
mandi cahaya
kembang plastik
berpoles lipstick
yang baru kuncup
malu-malu
yang telah mekar
menebar aroma
: Joko Tarub, Joko Tarub
tak perlu mengintip
mencuri selendang bidadari
siapa yang bayar
silahkan petik kembang