Selasa, 10 Maret 2009

Perbincangan Senja di Tawangmangu

Kepak sayap kelelawar menjemput senja
senja jatuh di celah-celah ranting
mengundang angin dan kabut
menggerakkan sepi turun ke lereng-lereng bukit
aku ingin kesejukan
yang mengisi ruang hampaku, katamu.
saat butir-butir air grojogan sewu
diterpa angin kemarau
hinggap di wajahmu
Sebatang ranting patah
saat seekor monyet loncat
terkaget ketika kita lewat
jalanku mendaki, rapuh dan berbatu, katamu
saat langkah kita menapak tangga-tangga tanah
kau harus sampai ke puncak, kataku
edelweiss ungu
ilalang biru
terhampar di puncak Lawu
Matahari menua di puncak pinus
beberapa burung gereja pulang ke sarang
bunyi air menimpa batu
grojogan sewu
sayup. Mengiris ruang hampa di dada
aku ingin pinus tumbuh di ruang hampaku
tegar, sejuk dan harum, bisikmu
saat kita sampai di pintu gerbang
nafasmu lelah
tatapmu gelisah
puncak Lawu dililit kabut
saat kau berlalu
meninggalkan bayang-bayang senja depanku

Tidak ada komentar: