Senin, 12 Januari 2009

Lukaku

kugarami lukaku
ingin kurasakan perih yang dikabarkan burung
luka-luka menganga di delapan penjuru angin :
luka orang-orang yang terkapar sabtu pagi
tanggal dua puluh tujuh juli
luka orang-orang yang terpanggang
tanggal dua belas mei petang
luka dom
luka ambon
luka poso
luka priok
luka irak
luka bosnia
luka palestina
luka afghanistan
luka kashmir
kabar dari angin :
luka-luka itu telah membusuk
menggerogoti seluruh organ
menyemaikan virus
menjalar ke setiap sudut :
meledak di bali
meledak di jakarta
meledak di batam
meledak di medan
meledak di palu
meledak di riyadh
meledak di checnya
meledak di moscow
meledak di new york

telah kusiramkan asam di atas lukaku
agar kurasakan sakit yang dihembuskan angin barat:
lukameulabohlukabireunlukabandaacehlukasibolgalukaalorlukanabire
lukaistrilukasuamilukaanaklukaibulukaayahlukakakaklukaadik
lukaburunglukabungalukapohonlukahutanlukalautlukagunung

aku rasakan pedih lukaku
tapi lukaku luka tergores duri

Indonesia Telah Kukibarkan Bendera Setengah Tiang

indonesia, telah kukibarkan bendera setengah tiang :
ribuan keranda mayat
berbaris dari leuser sampai puncak jaya
ribuan liang lahat
tergali di rimba sambas, kebun pala halmahera, rimbun pohon koka tepi danau poso
esok, di sudut negeri sebelah mana peluru diletuskan
parang ditebaskan

indonesia, telah kukibarkan bendera setengah tiang :
berita-berita ditulis dengan tinta meah
darah mendidih di kepala
mata membara
esok, kota mana yang dihanguskan
bangunan apa yang diledakkan

indonesia, telah kukibarkan bendera setengah tiang :
piring-piring telah lama tak bernasi
puting susu ibu tak lagi berasi
mesin-mesin pabrik tak lagi digerakkan
bocah-bocah kehilangan masa depan
esok, bayi kampung mana mati kurang gizi
anak negeri sebelah mana yang gantung diri

indonesia, telah kukibarkan untukmu bendera setengah tiang!

Kepada Pendaki Malam

Tetaplah melangkah dalam pendakian sunyi atau
Kembali dalam keriuhan
Sebab hidup adalah pilihan

Kau dapat kembali ke kota
Menikmati keriuhan
Gemerlap malam
Simponi kehidupan
Atau kembali ke peraduan
Mimpi memetik rembulan
: membakar usia dalam kesia-siaan

Tetaplah melangkah dalam pendakian
Menyusuri hutan dalam temaram cahaya malam
Langkahmu akan dikekalkan rumputan
Desah nafasmu dikenang serangga malam
Keringatmu diabadikan dedaunan
Dihempaskan angin menjadi embun kesejukkan
Lelahmu akan terpahat di tebing-tebing bebatuan

Bangkit dan teruslah melangkah
Mungkin ada jurang yang akan menelan
Binatang hutan yang akan menerkam
Yakinlah
Pendakian akan berakhir di padang bunga abadi
Disambut matahari pagi

Senin, 05 Januari 2009

Perahu Kertas

belajar dari kematian
hewan, tanaman dan teman
aku perahu kertas
terapung-apung dimainkan arus
menunggu waktu kapan akan kandas

sebuah perahu kertas
dari bahan berkualitas
hanya sesaat berlayar
kemudian karam

Dalam Sholat

Kuseru Kau dalam takbir-takbirku
Untuk hadir di kalbu
Cahaya-Mu mentari
Nyala temaram lentera di sudut hati

Allohu Akbar
Kulayarkan perahu sholatku
Kuarungi luas samudra Asma-Mu
Kucari ma’rifatku
Firman-Mu :
Aku lebih dekat dari urat lehermu

Dalam ruku dan sujud
Kubaca peta firman-Mu
Kukayuh perahu menuju pulau-Mu
Rindu aku berlabuh di pantai-Mu

Anakku

Saat kau lahir
Rintih ibu mendesir di telinga
Aku baru tahu
Nyawa ibu hampir lepas untukku

Saat tangismu lepas diujung malam
Kantuk ibu menggedor kepala
Memecahkan mimpi yang kurangkai

Saat kaki kecilmu menjelajah ruang
Keringat ibu menetes di punggungku
Napasnya memburu di dadaku

Saat demam menyengat tubuhmu
Cemas ibu menggetarkanku
Tajamnya mengiris hati

Saat kau lahir
Aku baru tahu siapa ibu